Senin, 18 Januari 2010

Menjadi "Sang Pemimpi" Bersama Anak Belitung

Oleh Wuryanti Puspitasari

"Jelajahi Indonesiamu yang luas, jengkali Afrika yang eksotis, jelajahi Eropa yang megah," demikian seorang guru dalam film "Sang Pemimpi" mengutipkan kata-kata mutiara kepada para muridnya di sebuah sekolah menengah atas (SMA) di Pulau Belitung.

Tak disangka, kata-kata tersebut memacu semangat tiga remaja melayu yang hidup di pedalaman Bangka Belitung pada 1980-an untuk meraih beasiswa pendidikan di luar negeri.

Tiga remaja tersebut adalah Ikal, anak keluarga pekerja rendahan di Perusahaan Negara Timah bersama Arai, sepupunya, dan Jimbron, sahabatnya.

Karena tak ada sekolah menengah di desanya, ketiganya harus merantau ke kota pelabuhan Manggar yang berjarak puluhan kilometer untuk melanjutkan sekolah.

Mereka tumbuh bersama, menjalani berbagai kehidupan masa remaja dengan segala tantangan dan perjuangan hidup serta problematika masa remaja untuk meraih cita-cita dan impian.

Semangat mereka makin memuncak ketika sang guru, dengan kata-kata mutiara tersebut memberikan mereka inspirasi untuk mengejar mimpi meraih pendidikan di Eropa.

Berbagai masalah mereka hadapi dalam proses mengejar mimpi tersebut. Mulai dari soal sekolah dan bertahan hidup hingga masalah cinta.

Ada persoalan cinta Arai pada Zakia Nurmala yang kerap tak diacuhkan, cinta Jimbron pada seorang gadis pemurung pekerja pabrik cincau yang tak pernah tersenyum, dan cinta ikal pada sang ayah yang membawanya pada perasaan bersalah saat nilai-nilai di sekolahnya sempat turun drastis.

Namun rasa bersalah pada sang ayah membuat ia bangkit dan membuat para pemimpi lainnya kembali bersemangat untuk berlari bersama dan mewujudkan cita-cita, harapan, dan cinta.

Satu persatu simpul-simpul kesulitan hidup untuk mencapai mimpi berhasil mereka buka dan selesaikan.

Akhirnya, Ikal dan Arai berhasil diterima untuk melanjutkan pendidikan studi strata satu di Universitas Indonesia. Sementara Jimbron memutuskan untuk tidak berkuliah dan melanjutkan hidup di Pulau Belitung, dengan mimpinya sederhana yakni menikah, punya anak, dan hidup damai.

Namun cerita tidak berhenti di situ, karena film Sang Pemimpi masih melanjutkan cerita tentang proses menuju mimpi anak-anak dari Pulau Belitung tersebut hingga mendapatkan beasiswa pendidikan pascasarjana di Eropa.

"Sanggupkah mereka meraih mimpinya?" pertanyaan tersebut akan terjawab dengan indah dalam film Sang Pemimpi.

Dengan latar belakang sebuah pulau indah yang pernah menjadi pulau terkaya di Indonesia, film yang mengambil latar di era 80-an itu dipenuhi kisah tentang kalangan pinggiran dan kisah perjuangan hidup yang mengharukan untuk menggapai mimpi, keindahan persahabatan dan cinta kasih yang tulus antara anak dan ayah.
Editor: jodhi | Sumber : ANT

Sumber :
http://oase.kompas.com/read/2009/12/16/00440055/Menjadi..quot.Sang.Pemimpi.quot..Bersama.Anak.Belitung
16 Desember 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar